Fatimah Az-Zahra, Inspirasi Setiap Wanita
Memaparkan perjalanan hidup Fatimah
terasa sangat sulit bagi saya. Banyaknya keistimewaan dan sifat baik yang
disandang Fatimah membuat saya dihinggapi rasa malu saat menuangkan tulisan
ini. Kehidupan beliau banyak mengandung pelajaran berharga. Kehidupan putri
Rasul ini, laksana permata indah yang memancarkan cahaya. Pada kesempatan ini,
saya ingin mengajak Anda untuk melihat sekelumit dari kepribadian beliau yang
agung, untuk dijadikan inspirasi, khususnya bagi kaum wanita.
Tak diragukan lagi, sebagian besar
problem dan masalah yang dihadapi umat manusia adalah karena kelalaiannya akan
hakikat wujud kemanusiaannya, sehingga dia terjebak dalam tipuan dunia.
Sebaliknya, manusia bisa mendekatkan diri kepada Allah saat dia mengenal
dirinya dan mengetahui tugas yang harus ia lakukan dan pertanggungjawabkan
kepada Allah, Sang Pencipta alam kehidupan.
Fatimah Az-Zahra, adalah seorang
figur yang unggul dalam keutamaan ini. Dalam doanya, beliau sering berucap, “Ya
Allah, kecilkanlah jiwaku di mataku dan tampakkanlah keagungan-Mu kepadaku. Ya
Allah, sibukkanlah aku dengan tugas yang aku pikul saat Engkau menciptakanku,
dan jangan Engkau sibukkan aku dengan hal-hal yang lain.”
Keikhlasan dalam beramal adalah
jembatan menuju keselamatan dan keberuntungan. Manusia yang memiliki jiwa
keikhlasan akan terbebas dari seluruh belenggu hawa nafsu dan akan sampai ke
tahap penghambaan murni. Keikhlasan akan memberikan keindahan, kebaikan, dan
kejujuran kepada seseorang. Contoh terbaik dalam hal ini dapat ditemukan pada
pribadi agung Fatimah Az-Zahra. Seseorang pernah bertanya kepada Imam Mahdi,
“Siapakah di antara putri-putri Nabi yang lebih utama dan memiliki kedudukan
yang lebih tinggi?” Beliau menjawab, “Fatimah.” Dia bertanya lagi, “Bagaimana
Anda menyebut Fatimah sebagai yang lebih utama padahal beliau hanya hidup
singkat dan tidak lama bersama Nabi?” Beliau menjawab, “Allah memberikan
keutamaan dan kemuliaan ini kepada Fatimah karena keikhlasan dan ketulusan
hatinya.”
Sayyidah Fatimah dalam munajatnya
sering mengungkapkan kata-kata demikian, “Ya Allah, berilah aku keikhlasan. Aku
ingin tetap tunduk dan menghamba kepada-Mu di kala senang dan susah. Saat
kemiskinan mengusikku atau kekayaan datang kepadaku, aku tetap berharap
kepada-Mu. Hanya dari-Mu aku memohon kenikmatan tak berujung dan kelapangan
pandangan yang tak berakhir dengan kegelapan. Ya Allah, hiasilah aku dengan
iman dan masukkanlah aku ke dalam golongan mereka yang mendapatkan petunjuk.”
Kecintaan Fatimah kepada Allah
disebut oleh Rasulullah sebagai buah dari keimanannya yang tulus. Beliau
bersabda, “Keimanan kepada Allah telah merasuk ke qalbu Fatimah sedemikian
dalam, sehingga membuatnya tenggelam dalam ibadah dan melupakan segalanya.”
Manusia yang mengenal Tuhannya akan menghiasi perilaku dan tutur katanya dengan
akhlak yang terpuji. Asma’, salah seorang wanita yang dekat dengan Fatimah
mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorangpun wanita yang lebih santun dari
Fatimah. Fatimah belajar kesantunan dari Dzat yang Maha Benar.
Hanya orang yang terdidik dengan
tuntunan Ilahi-lah yang bisa memiliki perilaku dan kesantunan yang suci. Ketika
Allah melalui firman-Nya memerintahkan umat untuk tidak memanggil Rasul dengan
namanya, Fatimah lantas memanggil ayahnya dengan sebutan Rasulullah. Kepadanya
Nabi bersabda, “Fatimah, ayat suci ini tidak mencakup dirimu.” Dalam kehidupan
rumah tangganya, putri Nabi ini selalu menjaga etika dan akhlak. Kehidupan Ali
dan Fatimah yang saling menjaga kesantunan ini layak menjadi teladan bagi
semua.
Kasih sayang dan kelemah-lembutan
Fatimah diakui oleh semua orang yang hidup satu zaman dengannya. Dalam sejarah
disebutkan bahwa kaum fakir miskin dan mereka yang memiliki hajat akan datang
ke rumah Fatimah ketika semua telah tertutup. Fatimah tidak pernah menolak
permintaan mereka, padahal kehidupannya sendiri serba berkekurangan.
Poin penting lain yang dapat menjadi
inspirasi dari kehidupan dan kepribadian penghulu wanita sejagat ini adalah
sikap tanggap dan peduli yang ditunjukkan beliau terhadap masalah rumah tangga,
pendidikan dan masalah sosial. Banyak yang berprasangka bahwa keimanan dan
penghambaan yang tulus kepada Allah akan menghalangi orang untuk berkecimpung
dalam urusan dunia. Kehidupan Fatimah Az-Zahra mengajarkan kepada semua orang
akan hal yang berbeda dengan anggapan itu. Dunia di mata beliau adalah tempat
kehidupan, meski demikian hal itu tidak berarti harus dikesampingkan. Beliau
menegaskan bahwa dunia laksana anak tangga untuk menuju ke puncak kesempurnaan,
dengan syarat hati tidak tertawan oleh tipuannya. Fatimah berkata, “Ya Allah,
perbaikilah duniaku bergantungnya kehidupanku. Perbaikilah kondisi akhiratku,
karena ke sanalah aku akan kembali. Panjangkanlah umurku selagi aku masih bisa
berharap kebaikan dan berkah dari dunia ini..”
Detik-detik akhir kehidupannya telah
tiba. Duka dan derita terasa amat berat untuk dipikul oleh putri tercinta Nabi
ini. Meski demikian, dengan lemah lembut Fatimah bersimpuh di hadapan Sang Maha
Pencipta mengadukan keadaannya. Asma berkata, “Saya menyaksikan saat itu
Fatimah mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu
dengan perantara kemuliaan Nabi dan kecintaannya kepadaku. Aku memohon
kepada-Mu dengan nama Ali dan kesedihannya atas kepergianku. Aku memohon
kepada-Mu dengan perantara Hasan dan Husein serta derita mereka yang aku
rasakan. Aku memohon kepada-Mu atas nama putri-putriku dan kesedihan mereka.
Aku memohon, kasihilah umat ayahku yang berdosa. Ampunilah dosa-dosa mereka.
Masukkanlah mereka ke dalam surga-Mu. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha
Pengasih dari semua pengasih.”
Sebelum ajal datang menjemputnya,
Fatimah Az-Zahra menghadap kiblat setelah sebelumnya berwudhu. Beliau
mengangkat tangan dan berdoa, “Ya Allah, jadikanlah kematian bagai kekasih yang
aku nantikan. Ya Allah, curahkanlah rahmat dan inayah-Mu kepadaku. Tempatkanlah
ruhku di tengah ruh orang-orang yang suci dan jasadku di sisi jasad-jasad
mulia. Ya Allah, masukkanlah amalanku ke dalam amalan-amalan yang Engkau
terima.”
Tanggal 3 Jumadil Akhir tahun 11
Hijriyyah, Fatimah Az-Zahra putri kesayangan Nabi menutup mata untuk selamanya.
Beliau wafat meninggalkan pelajaran-pelajaran yang berharga bagi kemanusiaan.
Kepada Fatimah, Rasul pernah bersabda, “Fatimah, Allah telah memilihmu dan
menghiasimu dengan makrifat dan pengetahuan. Dia juga telah membersihkanmu dan
memuliakanmu di atas wanita seluruh jagat.“
Kecintaan Rasulullah kepada Fatimah
Az-Zahra merupakan satu hal khusus yang layak untuk dipelajari dari kehidupan
beliau. Disaat bangsa Arab menganggap anak perempuan sebagai pembawa sial dan
kehinaan, Rasul memuliakan dan menghormati putrinya sedemikian besar. Selain itu,
Rasulullah biasa memuji seseorang yang memiliki keutamaan. Dengan kata lain,
pujian Rasul kepada Fatimah adalah karena beliau menyaksikan kemuliaan pada
diri putrinya itu. Nabi tahu akan apa yang bakal terjadi sepeninggalnya kelak.
Karena itu, sejak dini beliau telah
mengenalkan kemuliaan dan keagungan Fatimah kepada umatnya, supaya kelak mereka
tidak bisa beralasan tidak mengenal keutamaan penghulu wanita sejagat itu.
Fatimah adalah contoh nyata dari sebuah inspirasi bagi kaum wanita. Dengan
mengikuti dan meneladaninya, kesuksesan dan kebahagiaan hakiki yang
menghantarkan kepada keteladanan akan bisa digapai. Fatimah adalah wanita yang
banyak menimba ilmu, makrifat dan hikmah hakiki.
Di penghujung tulisan ini, saya
ingin tegaskan bahwa saya kehabisan kata-kata untuk menuliskan kehidupan putri
Rasulullah ini. Dan tidak akan ada seorang pun yang sanggup menulisnya.
Mudah-mudahan apa yang disediakan Allah baginya cukup untuk mewakili semua itu.
Dialah wanita terbaik di zamannya dan putri dari wanita terbaik (Khadijah ra.)
dan laki-laki terbaik (Muhammad Rasulullah). Dia juga pemimpin para wanita
surga. Allah ridha terhadap Fatimah dan menempatkannya di surga Firdaus.

05.44
Ajeng




0 komentar:
Posting Komentar