Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
2010-04-15 14:40
Benar
kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata
ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu
pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari
mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini
ditemukan oleh manusia.
Sebagai
contoh ayat di bawah:
“Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat
itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata
ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta
(bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang
ini.
Kemudian
ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti
mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi
adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah
satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala
merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an,
21:33)
Disebutkan
pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam
garis edar tertentu:
“Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
Langit
yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam
Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut
Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu
pengetahuan masa kini.
Sejak
terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga
awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu
kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta
sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada
awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Gunung
yang Bergerak
“Dan
kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14
abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun
dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan
gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada.
Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada
awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman
bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi
menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang
berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para
ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni
50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam
sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh
tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang
dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar
180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya
bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah
Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa
kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali
India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi
menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua
yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi
secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga
menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di
Bumi.
Pergerakan
kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal
abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak
dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan
beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik,
lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar
lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm
per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan
perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera
Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel
F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s.
30)
Ada
hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah
telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan.
(Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau
“gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society,
Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak
dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah
ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al
Qur’an.
“Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari
langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu
yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Ramalan
Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif,
Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat
ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah
kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium
kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium
dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita
kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk
mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali.
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi
ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga
mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah
memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan
dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak
melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik
keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang
semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold,
A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997,
s. 287-299.)
Diselamatkannya
Jasad Fir’aun
“Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]
Maurice
Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia
menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya.
Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini
adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar
Nabi Musa as.
Injil
& Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran
yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga
bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan
bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak
ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau
(karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun
tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya
karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).
Segala
Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al
Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan,
juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan
batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka
tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita
dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia
tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak
mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik
dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda
mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang
dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak
menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun
gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau
jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam
ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari
ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan
bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang
fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa
materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki
sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi,
elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta
ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap
partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan
ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan
pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap
tempat.”
Semua
ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh
meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian
“dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas
bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al
Qur’an diturunkan.
Sumber:
Harun
Yaya
Mukjizat
Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
Read more: http://abuyumna.webnode.com/news/keajaiban-al-quran-dan-ilmu-pengetahuan/
Create your own website for free: http://www.webnode.com

06.32
Ajeng




0 komentar:
Posting Komentar