Muallaf
Krakow Berbagi Kisah (5) : Muslim, Bersih Raga dan Jiwa
Diawali dengan rasa jijik, ternyata
membuahkan sinar hidayah-Nya di hati Habibah. Sister ini sangat jijik dengan
‘tradisi’ keseharian teman-temannya, misalkan orang-orang sekelilingnya makan
sambil jalan (tangan kiri pula! Atau sambil menyuapi anjing pula!), menyapa
dengan siapa pun saling cium pipi meski bukan mahram, bergonta-ganti pasangan
tanpa resmi menikah, dll.
Sejak kecil, Habibah sangat
memperhatikan kebersihan. Ia lebih nyaman menggunakan tangan kanan kalau makan,
dan tangan kiri untuk keperluan di kamar mandi. Sister Habibah mengenal Islam
ketika berhasil membaca berbagai informasi rukun islam dan tentang kehidupan
muslim di internet, Krakow memang amat minim orang muslim, sebab kota ini dulu
tidak ‘tersentuh’ kekhalifahan Utsmani sebagaimana kota lain di Eropa yang
banyak dihuni muslim Turki, atau bangsa Arab.
Sungguh Maha Hebat, Duhai Allah…
siapa pun yang dikehendaki-Nya untuk memperoleh cahaya Islam, maka pastilah ada
jalan petunjuk itu, datang dengan berbagai cara. Sister Habibah merasakan
cahaya Islam datang langsung melalui bisikan hati, ia ‘menemukan info’ tentang
keislaman dengan mencari tahu sendiri. Salah satu kalimat yang paling menyindir
hatinya adalah sebuah pertanyaan di forum anak muda luar negeri, “Kenapa muslim
dilarang berkencan?” dan ada pertanyaan lain, “Kenapa muslim tidak boleh
berciuman?”. Ketika itu nuraninya sangat penasaran, “oooh, muslim itu agama apa
yah? Kenapa muslim tidak boleh berkencan yah? Trus, bagaimana cara berkenalan
dalam aturan muslim yah?...”, dan lain sebagainya, pertanyaan-pertanyaan
beruntun jadi berlanjut memenuhi pikirannya. Ia sangat tertarik membaca jawaban
muslim dalam hal itu, bahwa ‘hubungan yang halal adalah pernikahan’, tak ada
istilah kencan atau sejenisnya, membuat ia terkejut tatkala mengetahui bahwa
urusan “jabat tangan ataupun cium pipi dengan nonmahram ternyata haram”. Ia
jadi makin sering membaca literatur islam.
Pencarian dengan motivasi nurani
sendiri tanpa teman muslim di areanya memang sudah digariskan-Nya sebagai jalan
bagi Habibah dalam memperoleh ilmu dan hidayah-Nya. Padahal waktu itu Habibah
masih remaja, ia tidak pernah memakai gaun-gaun ‘trendy alias sejenis kaos bertali
tanpa lengan’, ia jijik memakai pakaian yang terbuka-buka demikian, lalu di
tingkat satu selevel SMA, ia pergi ke kota lain yang memiliki Islamic-Centre.
Ia katakan kepada muslim yang ada disana, “Saksikanlah Saya adalah muslimah,
Saya sudah tau rukun-rukun islam, dan dengarkanlah sekarang saya sudah lancar
melafadzkan syahadat…”, semuanya terharu. Bahkan Habibah menyiapkan syal dan ia
lilitkan pada kepalanya, syal panjang itu menutupi auratnya terjulur rapi
dibawah dada. Subhanalloh…
Bagi Habibah, ia rasakan sebenarnya
sejak lahir ia adalah muslimah, namun orang tua-lah yang mengajarkan tentang
agama selain Islam tersebut. Berkali-kali ia utarakan, bersyukurlah bagi kalian
yang nenek moyang, orang tua, dan saudara-saudari kandung telah memeluk islam
sejak lama. Sementara dirinya yang amat menyayangi keluarga, merasa masih
bersedih hati karena keluarga kandungnya bukan muslim. Adiknya yang menginjak
usia remaja bahkan jauh ‘terbang’ hidup bebas terbawa arus pergaulan remaja
masa kini.
Allah SWT berfirman, yang bermakna,
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
(QS.Ali-‘Imran[3]:83). Sister Habibah amat kagum tatkala mengetahui bahwa kitab
suci Al-Qur’an tak pernah berubah atau dirombak-rombak isinya, sebagaimana
kondisi bible. Serta yang bersujud dan memuji nama Allah ta’ala bukan hanya
manusia, melainkan juga makhluk lain ciptaan-Nya, hewan-hewan, tumbuhan,
seluruh isi jagat raya ini bertasbih, mengagungkan Allah ta’ala, Sang Maha
Pencipta, Maha Kuasa.
Ia pun merasa wajar jika ‘cap
eksklusif’ sering dilabelkan kepada umat Islam, sebab muslim dan muslimah
senantiasa menjaga kebersihan, bersih jiwa dan raga. Kita dididik untuk menjaga
kehalalan rezeki, makan makanan halal dan baik, minum air bersih, susu segar
dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Aturan Islam sangat komplet, kita
berdo’a sejak bangun tidur hingga akan tidur kembali. Kita diajarkan bersuci
dengan mengikuti sunnah rasul-Nya, ada tata cara mandi junub, berwudhu, tata
cara bergaul, adab-adab berteman, tidak berbaur antara wanita dan pria, dan
lain sebagainya. Selanjutnya, jika banyak terjadi penyimpangan sikap dan prilaku
muslim, melanggar rambu-rambu-Nya, maka yang salah bukanlah agama atau aturan
Islam-nya, melainkan tergantung pada pribadi-pribadi muslim yang menjalani.
Meskipun bertebaran muslim di berbagai sudut bumi, belum tentu merupakan
mukmin, kalau disaring ‘jumlah insan yang berkualitas taqwa’, tentu lebih
sedikit dari keseluruhan umat Islam. Dimana pun jua, orang non-muslim
bertebaran memamerkan aurat, menjual makanan non-halal serta meneguk minuman
beralkohol, dan godaan lainnya.
Habibah yang belia menggunakan
hijabnya di sekolah, ternyata teman-teman wanitanya banyak yang tertarik dan
bertanya tentang agama Islam. Beberapa adik kelasnya yang berprestasi pun
akhirnya mengikuti jejak hidayah itu, subhanalloh, perlahan akhirnya Saya jadi
mengenali sister lainnya satu-persatu, ternyata banyak muallaf di Krakow! Saya
kagum pada perjalanan ‘pencarian Tuhan’ bagi mereka, sisters dan brothers yang
masuk Islam ini biasanya sangat cerdas dan berprestasi, bahkan ada sejenis
sebutan di dunia psikologis yang menggambarkan ‘sedikit gila’ bagi kaum cerdas
yang memiliki perubahan emosi sangat cepat seperti mereka. Mereka biasanya akan
terlihat lebih dewasa saat bicara, terbukti dengan kemantapan hati tatkala
berislam.
Sister Habibah makin bahagia ketika
kemudian dipinang oleh brother dari luar tanah airnya, kala itu ia baru lulus
sekolah. Maka tahun ini ketika mereka sudah menata kepindahan ke luar negara
(di Irlandia), Sister Habibah bersiap-siap memasuki perkuliahan pula, ia
memilih untuk mendalami pendidikan Islam. Ia berujar, “Saya harus punya banyak
bekal dalam mendidik generasi selanjutnya…”.
Walaupun sejak dahulu Habibah amat
jijik dengan kehidupan orang sekitarnya di Krakow, ia tetap menjaga komunikasi
dengan keluarga, saudara-saudarinya. Ia berharap suatu hari nanti, keluarganya
membuka pintu hati untuk mengenal agama Allah yang sesungguhnya, Islam.
Sister kita ini berpesan, “Allah ta’ala menjaga kita dengan menunjukkan aturan-aturan dalam agama-Nya. Muslim diajarkan untuk selalu menjaga diri, kehormatan diri dan keluarga, menjaga kebersihan jiwa dan raga, semua sikap kita di dunia akan ditampilkan di hari perhitungan, akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.
Sister kita ini berpesan, “Allah ta’ala menjaga kita dengan menunjukkan aturan-aturan dalam agama-Nya. Muslim diajarkan untuk selalu menjaga diri, kehormatan diri dan keluarga, menjaga kebersihan jiwa dan raga, semua sikap kita di dunia akan ditampilkan di hari perhitungan, akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.
Maka, buat apa kita tergoda oleh
pesta pora dan budaya agama lain yang selalu memiliki intrik untuk menjadikan kita
musyrik, seperti budaya valentine-an, dinner Christmas, acara thanksgiving,
bahkan pesta ulang tahun-an yang tidak pernah dicontohkan baginda Rasulullah
shallallahu `alaihi wasallam…?!”. Sungguh Islam adalah agama sempurna, dan
hanya satu-satunya agama yang diridhoi-Nya. Kita yang masih belum sempurna
menjalankan rambu-rambu-Nya, semoga Allah ta’ala melimpahkan kekuatan,
bimbingan-Nya selalu agar hati kita senantiasa mantap dan optimis di jalan
perjuangan menuju keridhoan-Nya, amiin. Wallahu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam,
@Islamic-Centre, Krakow, malam 23 Syawal

06.31
Ajeng




0 komentar:
Posting Komentar