Rumus
Melibatkan Allah Dalam Berbisnis (1)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda,
Barangsiapa
yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak
kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu
kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat
kelak.
Dan
barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan,
niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat.
Dan
barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya
dunia dan akhirat.
Sesungguhnya
Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Di tengah acara sebuah komunitas
wirausaha Muslim terjadi sebuah dialog untuk membangun dan mencari solusi
ekonomi ummat, banyak hal yang dibahas tentang bagaimana membuka peluang usaha
dan perlunya bersaing secara profesional dengan para pengusaha 'non Muslim'
yang saat ini begitu menguasai perekonomian negeri ini, diskusi lama lama
terkesan sangat teoritis, dan beberapa dari mereka terjebak kearah
materialistik cara pandangnya, padahal semua yang hadir adalah kaum muslimin
juga, tapi ternyata kami semua lupa, bahwa yang hadir tersebut memiliki warisan
yang tak ternilai harganya. Ternyata umat Islam sudah memiliki rumusan dan
standar usaha yang telah di bimbing oleh Rasul SAW dan dicontohkan oleh para
sahabatnya ra, bimbingan yang sederhana, bimbingan yang sangat mendarat dan
manusiawi, penuh fitrah, penuh sunnatullah, dan di-support dengan
janji Allah. Allah melibatkan diriNYa atas janjiNya.
Berdasarkan hadis shahih di atas,
mari kita urai dan tinjau agar mendapatkan makna dan rumusan agar urusan ujian
manusia maupun bisnis muslim ini dapat melibatkan dan tertolong oleh bantuan
Allah, sebagai berikut :
“Barangsiapa
yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak
kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu
kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat
kelak”
Siapa sih manusia yang tidak
mengalami ujian dan cobaan dalam kehidupannya. Apalagi dalam menjalankan
bisnis, ujian naik turun itu menjadi suatu hal yang berulang terjadinya.
Ketahuilah setiap hamba Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan
maupun kesukacitaan , tidak ada satupun yang terlepas dari seleksi Allah. Ujian
dan cobaan kepada hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih baik
amalnya.
Justru menurut hadist di atas, dan
itu adalah sunnah Allah, dikala kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam
menghadapi ujian kehidupan, dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan
oleh Allah, justru salah satu solusinya adalah dengan membantu dan
menyelesaikan kesusahan hamba yang lain. konsep ini sangat sulit dipahami
dengan ilmu keduniaan, apalagi ilmu matematis. tapi inilah hukum Allah, inilah sunnatuLlah.
inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan
perekonomian umat akan tuntas.
Ingatlah sebuah contoh nyata yang
pernah diabadikan dalam kisah sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan
dipersaudarakan Saad bin Rabi ra dari Madinah.
Berkatalah Saad kepada Abdurrahman,
Wahai saudaraku, aku adalah penduduk madinah yang kaya raya. Silahkan pilih
separuh hartaku dan ambillah, dan aku mempunyai dua isteri, pilihlah salah satu
yang menurut anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa
memperisterinya.
Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga
Allah memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah jalan menuju
pasar.”
Kemudian abdurrahman menuju pasar,
membeli, berdagang dan mendapat untung besar, ketahuilah Allah terlibat! Allah
berkahi saling tolong menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan
saudaranya.
Pada suatu hari ia mendengar
Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda termasuk golongan orang kaya, dan anda
akan masuk surga secara perlahan lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah,
pasti Allah mempermudah jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah
Saw tersebut, ia mengadakan pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran
padanya dengan berlipatganda.
Ibnu Auf adalah seorang pemimpin
yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh
hartanya. Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia
mengumpulkannya dengan santai dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak
menikmati sendirian, keluarga, kerabat saudara dan masyarakat pun ikut
menikmatinya. Karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, orang orang
madinah pernah berkata: "seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin
usaha) dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya
kepada mereka, sepertiganya digunakan untuk membayar hutang hutang mereka, dan
sepertiga sisanya diberikan dan dibagi bagikan kepada mereka."
Mereka saling mendahulukan
kepentingan saudaranya, Allah bukakan keberkahan, Allah bukakan peluang
menguasai ekonomi ummat, Pasar Madinah yang tadinya dikuasai yahudi berpindah
ke tangan muslimin, berawal dari sikap tolong-menolong (ta'awun) sesama
muslimin, bermula dari saling memecahkan masalah saudaranya, menjadi penguasa
ekonomi saat itu, inilah hukum Allah, inilah sunnatullah.
Inilah cara melibatkan Allah...
bukan dengan cara bersaing dengan pebisnis non-muslim melalui sistem yang
dibuat oleh non-muslim juga, MUSTAHIL akan tampil. Bila ingin ummat ini kembali
lagi menuju kejayaannya tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan
manusia. Kalau mau tampil harus kembali bersandarkan kepada SunnatuLLah
dan Sunnah RasulNya.
Pembahasan ini membuat terhenyak
para wirausaha yang hadir, diskusi terhenti dan terhenyak diam, ...semoga para
peserta diskusi berfikir ulang dan mulai menapak tilas sunnah yang pernah
dilakukan untuk membenahi kekuatan ekonomi ummat... Tolonglah sudaramu yang
sedang kesulitan.... ini adalah langkah awal menuju kejayaan. (MM)
semoga....
bersambung.....

06.24
Ajeng




0 komentar:
Posting Komentar